Senin, 09 April 2012

Anak Gadis Pada Masa Adolensia


 
 

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Telah kita ketahui masa remaja merupakan masa pencarian jati diri. ada dua titik ekstrem yang dapat terjadi selama proses pertumbuhan dan perkembangan dalam masa remaja, yaitu remaja yang berprilaku positif dan berprilaku negatif. Hal ini merupakan siklus dinamika kehidupan remaja yang berlangsung dalam setiap masa kehidupan. Keadaan dimana di antara dua kemungkinan ekstrem itu yang terjadi, banyak bergantung pada keadaan positif atau negatifnya dalam pencapaian hasil yang sesuai menurut intensitasnya.
Oleh karena itu, dengan adanya  perilaku  menyimpang yang mayoritas diperbuat oleh ramaja. Maka disini kami mengambil judul makalah ” Anak gadis pada masa adolens” dengan harapan dapat membantu bidan dalam mengoptimalkan peran bidan sabagai pendidik.
B.     Rumusan Masalah
Dalam penyusunan makalah ini supaya sesuai dengan tujuan pembahasan, maka di perlukan adanya rumusan masalah yang ada kaitanya dengan makalah ini akan lebih mudah untuk di pahami. Adapun rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini yaitu:
1.    Apa pengertian remaja ?
2.    Apa sajakah ciri-ciri remaja ?
3.    Perilaku apa yang menyertai anak gadis pada masa adolens ?
4.    Bagaimana sikap bidan dalam menghadapi anak gadis pada masa adolen ?





1
 
 


C.      Tujuan Pembahasan
Kami dalam membuat makalah mengambil pembahasan ini karena mengingat akan tanggung jawab bidan dalam memaksimalkan tugasnya. Oleh karena itu, dalam pembahasan makalah ini terdapat beberapa tujuan antara lain sebagai berikut:
1.    Mengetahui pengertian remaja
2.    Mengetahui ciri-ciri ramaja
3.    Mengetahui perilaku yang menyertai anak gadis pada masa adolens
4.    Mengetahui sikap bidan dalam menghadapi prilaku remaja






















 
 

BAB II
PEMBAHASAN

1.    Pengertian Remaja
Remaja dalam pengertian umum diartikan masa baliq atau keterbukaan terhadap lawan jenis.
Poerwadarminta menyatakan remaja adalah:
a)      Mulai dewasa: sudah sampai umur untuk kimpoi,
b)     Muda              : (tentang anak laki-laki dan perempuan) mulai muncul rasa cinta birahi meskipun konsep ini kelihatan sederhana tetapi setidaknya menggambarkan sebagaian dari pengertian remaja.
2.    Ciri-Ciri Remaja
Menurut Gayo (1990: 638-639) ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20 tahun yang dibagi dalam tiga fase yaitu:
a)    Adolensi diri
b)   adolensi menengah
c)    adolensi akhir
Penjelasan ketiga fase ini sebagai berikut:
1). Adolensi dini
Fase ini berarti preokupasi seksual yang meninggi yang tidak jarang menurunkan daya kreatif/ ketekunan, mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk kelompok kawan atau sahabat karib, tinggah laku kurang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti perilaku di luar kebiasaan, delikuen,dan maniakal atau defresif.
2) Adolensi menengah
3
 
Fase ini memiliki umum: Hubungan dengan kawan dari lawan jenis mulai meningkat pentingnya, fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran, misalnya, mistik, musik, dan lain-lain. Menduduki tempat yang kuat dalam perioritasnya, politik dan kebudayaan mulai menyita perhatiannya sehingga kritik…..tidak jarang dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap salah dan tidak benar, seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala identifikasi, dan desploritas lebih terarah untuk meminta bantuan.

3)   Adolesensi akhir
Masa ini remaja mulai lebih luas, mantap, dewasa dalam ruang lingkup penghayatannya .Ia lebih bersifat ‘menerima’dan ‘mengerti’ malahan sudah mulai menghargai sikap orang/pihak lain yang mungkin sebelumnya ditolak. Memiliki karier tertentu dan sikap kedudukan, kultural, politik, maupun etikanya lebih mendekati orang tuanya.Bila kondisinya kurang menguntungkan, maka masa turut diperpanjang dengan konsekuensi imitasi, bosan, dan merosot tahap kesulitan jiwanya.Memerlukan bimbingan dengan baik dan bijaksana, dari orang-orang di sekitarnya.
3.    Anak Gadis Pada Masa Adolescence
Pada masa adolescence,biasanya akan terjadi perubahan pada diri seorang gadis baik fisik maupun psikis,walaupun akibatnya sementara akan tetapi mempengaruhi perubahan dalam pola prilaku,sikap dan kepribadian.perubahn-perubahn tersebut di antaranya:
1.Cinta Diri     
Kata yang perlu di jelaskan dari kutipan di atas yaitu: cinta dan diri sediri.Cinta bermakna perasaan puas pada diri seseorang, sehingga sesuatu yang di cintai akan mendapat perlakuan yang istimewa dari orang yang di cintainya, mendapat penjagaan,di perlakukan secara istimewa, membayangkan keberadaannya. Semua hal yang di lakukan karena cinta adalah demi menjaga keberadaan dan rasa puas yang di miliki terhadap yang di cintai. Jika yang di cintai berupa barang,maka barang tersebut tidak akan pernah di rusakkan,cacat atau di rampas orang.Diri sendiri artinya bukan orang lain namun istilahnya yaitu “AKU”,meliputi tubuh dan batin, jadi mencintai diri sendiri adalah mencintai tubuh dan batin. Bagaimana seseorang mencintai dirinya maka ia akan merawat tubuhnya.
Cinta diri merupakan sumber pergeseran dan benturan sebanyak komponen yang ada pada manusia,cinta diri menciptakan tuntutan hasrat dan kebutuhan serta kebebasan yang meluas pada manusia.Ada dua kepentingan hidup yaitu kepentingan pribadi dan kepentingan umum.Berkorban demi kepentingan umum menjadi tidak berarti, karena naluri cinta dirinya tidak membiarkan kehilangan kesempurnaan sedikitpun dari dirinya.Berdasarkan cinta diri setiap manusia selalu mendahulukan kepentingan pribadi di atas kepentingan umum.
Ada 2 jenis Cinta Diri:
A.cintadiripositif
-Terdiri dari,kecintaanmu pada dirimu,jelas melebihi kecintaanmu pada orang lain.
-Cinta pada diri sendiri dan orang lain dapat saling berdampingan
-Cintailah orang di sekelilingmu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri,menunjukan bahwa integritas keunikan diri serta cinta dan pengertian terhadap manusia lainya.
 B. Cinta diri negative
 Di mana seseorang hanya mencintai dirinya sendiri tanpa mementingkan kepentingan orang lain.Dan mementingkan kepentingan dirinya tanpa mempertimbangakan orang lain di sekelilingnya.
2.Fantasisexual
Pada masa ini seseorang mulai merasakan cinta dan kasih saying satu sama lain,mempunyai perhatian yang lebih mengenai siapa dan bagaimana mereka(lawan jenis) di mata orang lain,mereka mulai merasakan ketertarikan secara sexual antara satu dengan yang lain.sehinga timbul yang di namakan rasa suka,ingin memiliki dan saling memuji.bagi remaja yang pola perkembanganya normal dalam arti dia menyadari setiap tahap perkembangan,maka tidak adanya hambatan dalam dirimya untuk melewati fase ini,akan tetapi apabila ada remaja yang memang tidak melewati fase ini maka akan terjadi keterbelakangan daya tarik atau ketertarikan dengan lawan jenis pada masanya.


3.MultiplePersonality
Kepribadian ganda (tidak hanya 2 kepribadian, bisa lebih dari 2) atau multiple personality.secara mudahnya bisa di katankan 2 atau lebih jiwa yang menghuni badan dan raga seseorang.ini merupakan salah satu bentuk kelainan jiwa,dalam pengertian umum kelainan jiwa tidak sama dengan sakit jiwa.sakit jiwa konotasinya seseorang yang kehilangan realitas hidupnya,tertawa sendiri,menagis,berhalusinasi.sedangkan kelainan jiwa lebih halus dari sakit jiwa,kelainan jiwa masi dalam tahap normal,tidak mengganggu dan biasanya tidak teridentifikasi bila tidak mengunakan alat tes psikologi.,contoh:rasa takut berlebihan,takut gelap,takut keramaian,takut laba-laba (secara berlebihan).Kelainan jiwa ini bisa bersifat keturunan atau juga pengaruh lingkungan biasanya karena obsesi yang mendalam atau tekanan jiwa/batin yang keras dan lama.penyebab terjadinya gangguan kepribadian majemuk di akibatkan oleh penyiksaan fisik yang di lakukan oleh ibu atau bapaknya sendiri.akan terjadi pribadi dominan bisa menyadari pribadi-pribadi lainya namun pribadi asli kadang tidak menyadarinya sama sekali.
4. Sikap Bidan dalam menghadapi anak gadis dalam masa adolence
a)    Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat terhadap kesehatan reproduksi remaja. 
Masalah reproduksi dan kesehatan seksual remaja merupakan masalah yang kontroversial di banyak kelompok masyarakat sehingga membuat tindakan advokasi dan mendorong munculnya kesadaran akan masalah ini menjadi lebih penting. Upaya-upaya advokasi dapat difokuskan pada membuat perubahan di tingkat lokal, daerah atau nasional dengan menargetkan para stake holder yang mempengaruhi penerimaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi para remaja.


b)   Komponen-komponen program yang berhasil
Program-program kesehatan reproduksi untuk remaja cenderung akan mencapai keberhasilan maksimal jika program-program tersebut:
1.         Secara akurat mengidentifikasi dan memahami kelompok yang akan dilayani.
2.         Melibatkan remaja dalam perancangna programnya.
3.         Bekerja sama dengan para pemuka masyarakat dan orang tua.
4.         Melepaskan hambatan-hambatan kebijakan dan mengubah pra anggapan para pemberi layanan (provider).
5.         Membantu remaja melatih keterampilan interpersonal yang diperlukan untuk menghindari risiko.
6.         Menghubungkan informasi dan saran dengan pelayanan
7.         Memberikan tokoh panutan (role model) yang membuat perilaku lebih aman menjadi perilaku yang menarik.
8.         Menginvestasikan sumber danan dan waktu dalam kerangka yang cukup panjang.
c)    Melibatkan kaum remaja dalam aktivitas yang bermakna
Pendidikan oleh teman sebaya dapat merupakan pendekatan efektif untuk melibatkan para remaja. Para pendidik/edukator remaja yang dilatih untuk membantu teman sebaya mereka dalam hal informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi menerima pelatihan khusus dalam pengambilan keputusan, melakukan perujukan klien dan memberikan komoditas atau pelayanan.
d)     Pelayanan klinik yang ramah bagi remaja
Pendekatan ini mencakup memiliki petugas pelayanan kesehatan yang dilatih dengan baik, termasuk bidan dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus remaja secara biologis, psikologis dan kebutuhan kesehatan remaja, memiliki rasa hormat terhadpa privasi remaja dan kerahasiaan remaja sebagai klien, fasilitas yang dapat diakses dan lokasi yang nyaman, pelayanan dengan harga yang masuk akal dan lingkungan yang aman dan nyaman bagi populasi remaja, termasuk kelompok remaja pria dan wanita yang sudah menikah. Untuk membuat pelayanan menjadi ramah dan nyaman, bidan harus mempertimbangkan masukan-masukan para remaja terhadap komponen-komponen klinik seperti famplet informasi dan gaya ruang tunggu. Pelayanan harus diberikan di tempat-tempat remaja biasa berkumpul untuk belajar, bersosialisasi dan bekerja dan kerahasiaan harus dipastikan. Sikap-sikap menghakimi dan kadang-kadang bahkan kekerasan di pihak pemberi layanan dapat menciptakan hambatan kritis dan bertahan lama terhadap pelayanan kesehatan reproduksi. Bidan yang bersikap menghakimi dapat menghambat pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja.
e)      Memberikan informasi dan pelayanan untuk para remaja
Remaja memerlukan informasi yang sesuai dengan usianya mengenai perkembangan fisik dan emosional, risiko-risiko potensial dari kegiatan seksual yang tidak terlindung, kekerasan substansial, bagaimana mengakses pelayanan kesehatan dan kesempatan-kesempatan pendidikan, kerja dan rekreasi. Bidan sebagai penyedia layanan dapat melakukan hubungan interaktif dengan klien remaja dengan melakukan komunikasi interpersonal. Media massa hiburan (radio, televisi, musik, video, fil, buku komik) dapat menjadi cara yang efektif dari segi biaya untuk mengomun ikasikan pesan-pesan yang dpat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku.
f)       Kontrasepsi bagi remaja
Para remaja memiliki hak untuk memperoleh informasi yang jelas dan akurat mengenai kontrasepsi termasuk pemakain yang benar, efek samping, dan bagaimana menjangkau petugas pelayanan kesehatan untuk menjawab kekhawatiran mereka. Bidan mempunyai peranan yang sangat besar dalam memberikan informasi tersebut serta konseling yang sesuai sangat penting untuk membantu remaja menangani atau menyisihkan potensi efek samping. Konseling harus mengungkapkan aspek pencegahan kehamilan sekaligus perlindungan terhadap PMS (penyakit menular seksual).
g)      HIV dan PMS di kalangan Remaja
Menurut WHO, 333 juta kasus baru PMS terjadi di seluruh dunia setiap tahun dan setidaknya 111 juta dari kasus ini terjadi pada mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Hampir setengah dari infeksi HIV secara keseluruhan terjadi pada pria dan wanita yang berusia di bawah 25 tahun, dan di banyak negara berkembang data menunjukkan bahwa sampai 60% dari semua infeksi HIV baru terjadi pada kelompok usia antara 15 samapi 24 tahun. Infeksi di kalangan perempuan melebihi infeksi di kalangan pria, rasio 2 berbanding 1. Salah satu penelitian di Tanzania memperlihatkan bahwa perempuan muda memiliki kemungkinan untuk terinfeksi HIV lebih dari empat kali dibandingkan pria muda, meskipun para perempuan lebih tidak berpengalama seksual dan memiliki pasangan seksual yang lebih sedikit dibanding pria sebayanya.
h)      Kehamilan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan
Banyak remaja aktif secara seksual ( meskipun bukan pilihan mereka sendiri. Setiap tahun sekitar 15 juta remaja melahirkan anak. Proses persalinan selalu memiliki potensi risiko-risiko kesehtan, tapi risiko persalinan lebih besar pada perempuan berusia di bawah 17 tahun. Remaja dengan usia ini lebih mudah mengalami komplikasi dalam persalinan. Perempuan muda seringkali memiliki pengetahuan terbatas atau kurang percaya diri untuk mengakses pelayanan kesehatan sehingga mengakibatkan pelayanan prenatal yang terbatas berperan penting terhadap terjadinya komplikasi. Peran bidan dalam asuhan prenatal sangat dibutuhkan, sehingga menimbulkan kepercayaan diri remaja. Aborsi yang tidak aman menempati proporsi tinggi dalam kematian ibu di antara para remaja.
i)        Pendidikan seks berbasis sekolah
Evaluasi yang dilakukan di antara para kawula muda di negara-negara berkembang dan negara-negara maju telah memperlihatkan bahwa pendidikan seks berbasis sekolah dapat membantu menunda hubungan seksual pertama para remaja yang belum aktif secara seksual. Untuk para remaja yang aktif secara seksual, pendidikan seksual dapat mendorong pemakaian kontrasepsi dan perlindungan PMS yang benar dan konsisten.

j)        Masalah Gender Spesifik
Generasi muda, terutama anak perempuan rentan terhadap kekerasan seksual, hubungan seksual yang dipaksakan dan hubungan dengan kekuatan yang tidak seimbang. Beberapa budaya, perilaku pria berisiko ditoleransi dan kadang-kadang didukung. Karena sikap-sikap gender ini telah terbukti tidak dapat dipisahkan dari dalam banyak upaya kesehatan reproduksi remaja, program harus secara langsung mengkonfrontasi masalah hubungan gender yang tidak setara. Program yang meminta para perempuan muda untuk mengambil keputusan dan tindakan yang merupakan kontradiksi dari peran perempuan yang diterima seperti menolak melakukan hubungan seksual atau berkeras akan pemakaian kondom. Bidan harus membantu para perempuan muda tersebut membangun keterampilan dan rasa percaya diri yang diperlukan untuk membantu mereka membuat keputusan-keputusan.
k)      Sikap bidan kepada anak gadis untuk mengatasi yang percaya dirinya kurang
1.   Menciptakan definisi diri positif.
Steve Chandler mengatakan, “Cara terbaik untuk mengubah sistem keyakinanmu adalah mengubah definisi dirimu.” Bagaimana menciptkan definisi diri positif. Di antara cara yang bisa kita lakukan adalah:
·      Membuat kesimpulan yang positif tentang diri sendiri / membuat opini yang positif tentang diri sendiri. Positif di sini artinya yang bisa mendorong atau yang bisa membangun, bukan yang merusak atau yang menghancurkan.
·      Belajar melihat bagian-bagian positif / kelebihan / kekuatan yang kita miliki
·      Membuka dialog dengan diri sendiri tentang hal-hal positif yang bisa kita lakukan, dari mulai yang paling kecil dan dari mulai yang bisa kita lakukan hari ini.
Selain itu, yang perlu dilakukan adalah menghentikan opini diri negatif yang muncul, seperti misalnya saya tidak punya kelebihan apa-apa, hidup saya tidak berharga, saya hanya beban masyarakat, dan seterusnya. Setelah kita menghentikan, tugas kita adalah menggantinya dengan yang positif, konstruktif dan motivatif. Ini hanya syarat awal dan tidak cukup untuk membangun kepercayaan diri.
2.    Memperjuangkan keinginan yang positif
Selanjutnya adalah merumuskan program / agenda perbaikan diri. Ini bisa berbentuk misalnya memiliki target baru yang hendak kita wujudkan atau merumuskan langkah-langkah positif yang hendak kita lakukan. Entah itu besar atau kecil, intinya harus ada perubahan atau peningkatan ke arah yang lebih positif. Semakin banyak hal-hal positif (target, tujuan atau keinginan) yang sanggup kita wujudkan, semakin kuatlah pede kita. Kita perlu ingat bahwa pada akhirnya kita hanya akan menjadi lebih baik dengan cara melakukan sesuatu yang baik buat kita. Titik. Tidak ada yang bisa mengganti prinsip ini.
3.    Mengatasi masalah secara positif
Pede juga bisa diperkuat dengan cara memberikan bukti kepada diri sendiri bahwa kita ternyata berhasil mengatasi masalah yang menimpa kita. Semakin banyak masalah yang sanggup kita selesaikan, semakin kuatlah pede. Lama kelamaan kita menjadi orang yang tidak mudah minder ketika menghadapi masalah. Karena itu ada yang mengingatkan, begitu kita sudah terbiasa menggunakan jurus pasrah atau kalah, ini nanti akan menjadi kebiasaan yang membuat kita seringkali bermasalah.
4.    Memiliki dasar keputusan yang positif.
Kalau dibaca dari praktek hidup secara keseluruhan, memang tidak ada orang yang selalu yakin atas kemampuannya dalam menghadapi masalah atau dalam mewujudkan keinginan. Orang yang sekelas Mahatma Gandhi saja sempat goyah ketika tiba-tiba realitas berubah secara tak terduga-duga. Tapi, Gandhi punya cara yang bisa kita tiru: “Ketika saya putus asa maka saya selalu ingat bahwa sepanjang sejarah, jalan yang ditempuh dengan kebenaran dan cinta selalu menang. Ada beberapa tirani dan pembunuhan yang sepintas sepertinya menang tetapi akhirnya kalah. Pikirkan ucapan saya ini, SELALU”. Artinya, kepercayaan Gandhi tumbuh lagi setelah mengingat bahwa langkahnya sudah dilandasi oleh prinsip-prinsip yang benar. 
5.    Memiliki model / teladan yang positif
Yang penting lagi adalah menemukan orang lain yang bisa kita contoh dari sisi kepercayaan dirinya. Ini memang menuntut kita untuk sering-sering membuka mata melihat orang lain yang lebih bagus dari kita lalu menjadikannya sebagai pelajaran. Saking pentingnya peranan orang lain ini, ada yang mengatakan bahwa kita bisa memperbaiki diri dari dua hal:
a) pengalaman pribadi (life experiencing) dan
b) duplicating (mencontoh dan mempelajari orang lain). Buktikan! Selamat mencoba.



                                                                                              





 
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Remaja dalam pengertian umum diartikan masa baliq atau keterbukaan terhadap lawan jenis. Menurut Gayo (1990: 638-639) ciri-ciri remaja usianya berkisar 12-20 tahun yang dibagi dalam tiga fase yaitu:
a)      Adolensi diri
b)      adolensi menengah
c)      adolensi akhir
Pada masa adolescence,biasanya akan terjadi perubahan pada diri seorang gadis baik fisik maupun psikis,walaupun akibatnya sementara akan tetapi mempengaruhi perubahan dalam pola prilaku,sikap dan kepribadian.perubahn-perubahn tersebut di antaranya:
a)    Cinta Diri
b)   Fantasi Sexsual
c)    Multipel Personality
Sikap Bidan dalam menghadapi anak gadis dalam masa adolence:
a)      Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat terhadap kesehatan reproduksi remaja.
b)      Komponen-komponen program yang berhasil
c)      Melibatkan kaum remaja dalam aktivitas yang bermakna
d)     Pelayanan klinik yang ramah bagi remaja
e)      Memberikan informasi dan pelayanan untuk para remaja
f)       Kontrasepsi bagi remaja
g)      HIV dan PMS di kalangan remaja
h)      Kehamilan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan

i)        Pendidikan seks berbasis sekolah
j)        Masalah gender spesifik

13
 
 

B.  PERTANYAAN
Season 1
1.      Mengapa bidan perlu memberikan informasi tentang kontrasepsi kepada remaja? (pertanyaan: Lilis Indaningsih)
Jawab: Karena remaja juga perlu mengetahui informasi tentang alat kontrasepsi agar remaja nantinya dapat terhindar dari bahaya PMS, selain itu juga berguna sebagai penambah wawasan dalam hal seks yang positif.  
2.      Mengapa seorang wanita lebih mudah terkena PMS 4x lebih besar dari pada pria? (pertanyaan: Ihda Mahila)
Jawab: Karena dalam anti body, wanita cenderung lebih rentan dari pria (antibody pria lebih besar dari wanita). Selain itu dari segi anatomi organ reproduksinya, letak anatomi organ reproduksi eksterna wanita lebih rentan terinfeksi.
3.      Mengapa kelainan jiwa dikatakan lebih halus dari sakit jiwa? (pertanyaan: dita swasti rahayu)
Jawab: Karena multiple personality merupakan kelainan jiwa yang dalam tahap normal dan keberadaannya tidak sepenuhnya mengganggu. Dan hanya bisa terdeteksi dengan alat tes psikologi. Sedangkan sakit jiwa dapat diketahui secara kasat mata.
Season 2
1.      Bagaimana jika ada remaja yang berpenampilan cupu, apa akibat dari psikologi remaja tersebut? (pertanyaan: Siti Laila Baiti)
Jawab: Jika adanya sikap cupu dalam remaja maka akan menimbulkan dampak ganguan mental pada remaja tersebut. Untuk mengantisipasi keaadaan seperti ini yang perlu di perhatikan adalah sikap orang tua yang tidak terlalu membatasi aktifitas anak selagi itu masih dalam batas yang normal dan tidak melenceng dari norma positif.  
2.      Apakah insomnia termasuk bentuk kelainan jiwa dan apa faktor penyebab kelainan jiwa? (pertanyaan: Ana Purnamawati)
Jawab: Itu tidak merupakan kelainan jiwa namun hanya termasuk gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur. Dan adapun faktor penyebab kelainan jiwa yaitu:
a.    Dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan (namun hal ini tidak terlalu berpengaruh)
b.    Dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yang semisal dengan adanya tekanan mental oleh suatau kejadian.
C.  SARAN
Remaja merupakan pribadi yang masih labil, oleh karena itu  para orang tua harus lebih ekstra hati – hati untuk memperhatikan perkembangan remaja tersebut baik dari segi psikologi maupun intelektual. Namun, tidak hanya peran orang tua akan tetapi faktor lingkungan dan peran bidan juga sangat berpengaruh. Dan remaja juga harus berusaha untuk menjadi pribadi yang positif dalam menghadapi proliferasi dirinya.   


















 
DAFTAR PUSTAKA

-http:/luluvikar.wordpress.com/2011/01/02/anak-gadis-pada-masa-puber-adolenscence
-http:id.shvoong.com/social-science/counseling/2134751-cara-mengatasi-kenakalan-remaja/#ixzz1mtd7VITI
-Drs.Mappiare.1982.psikologi remaja.usaha nasional.surabaya

























 


KATA PENGANTAR

 
 

Dengan mengucap puji alhamdulillahi robil ‘alamin. Segala puji  semoga tetap terlimpahkan kepada Allah S.W.T yang senantiasa melimpahkan taufik serta hidayahNYA. Sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “ANAK GADIS PADA MASA ADOLENS” untuk memenuhi salah satu tugas materi perkuliahan psikoogi ibu dan anak di Akademi Kebidanan Harapan Mulya Ponorogo di mana kami dapat mengaktualisasikan diri menjadi lebih baik. Dengan rahmat Allah S.W.T  sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dan semoga dapat bermanfaat bagi semua orang kususnya para pembaca makalah ini.
Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang membuka jalan kebenaran bagi kita semua.
Terima kasih, kata inilah yang pantas kepada semua pihak yang telah memberi dukungan kepada kami sehingga menjadi motivator bagi kami khususnya kepada:
1.      Bapak Khalimi Sany S.KM,M.Kes
2.      Ibu Etika Desi Yogi S.ST
3.      Seluruh bapak/ibu dosen
4.      Dan semua pihak yang mendukung kami baik melalui supprot atau doa.
Semoga apa yang telah beliau berikan kepada kami dapat menjadi acuan dalam lebih menjadi lebih baik lagi.
Dengan dibuatnya makalah ini kami mengharapkan bidan dapat berperan sebagai pendidik, khususnya bagi remaja. Agar bidan dapat lebih baik dalam mengaplikasikan peranya di tengah tengah masyarakat.
Ponorogo, 02 Maret 2012

                                                                                                          Penulis



ii
 
 


 
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..  i    
KATA PENGANTAR………………………………………………………… ii    
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. iii
BAB I             : PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah………………………………..... 1
B.       Rumusan Masalah……………………………………….. 1
C.       Tujuan Pembahasan……………….................................... 2
BAB II                        : PEMBAHASAN
1.         Pengertian Remaja……………………………………     3
2.         Ciri cirri Remaja………………………………………..   3
3.         Anak Gadis Pada Masa Adolensce…………………….. 4
4.         Sikap Bidan Dalam Menghadapi Anak Gadis Pada Masa Adolendce……………………………………………..   6
BAB III          : PENUTUP
A.       Kesimpulan…………………………………………..    13
B.        Pertanyaan……………………………………………   14
C.        Saran………………………………………………….   15
iii
 
DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar